“Jogja, yuk? Ada acara gathering bareng teman-teman”, ajak suami suatu hari.
Tanpa pikir panjang saya langsung mengiyakan ajakannya. Maklum, kalau pikir-pikir dulu khawatirnya malah gak jadi hehe…
Padahal Jogja kota yang istimewa buat saya. Bukan, bukan soal mantan. Tapi saya teringat perjalanan ke Jogja di tahun 2000 bersama teman-teman kuliah. Perjalanan yang benar-benar mengesankan dan membuat saya selalu merindukan Jogja.
Sebelum ada ajakan dari suami, sebenarnya saya sudah merencanakan perjalanan ke Jogja menggunakan bus. Malah sudah sempat browsing tiket Bandung – Jogjakarta di tiket bus gajah mulia sejahtera
Pucuk dicinta ulam pun tiba, datanglah ajakan dari suami.
Meski kunjungan ke Jogja kali ini bukan bersama teman kuliah, melainkan bersama teman komunitas. Tapi gak kalah seru dibanding perjalanan 19 tahun yang lalu koq…
Kamk berangkat Jumat malam. Sengaja kami memulai perjalanan di malam hari, dengan pertimbangan sampai di Jogja pagi hari.
Sesuai perkiraan, kami sampai di Jogja pagi hari dan langsung menuju penginapan. Kami beristirahat sejenak di penginapan untuk persiapan menjelajah dan mengukir kenangan baru di kota Jogjakarta.
Jalan-jalan di Malioboro, menikmati seni jalanan, ke Benteng Vredeburg dan bertemu blogger kembar idola.
Ke Jogja belum lengkap jika tidak berkunjung ke Malioboro. Suasana kota yang kental dengan seni budaya sangat terasa di sini.
Anak-anak betah berlama-lama menonton pertunjukan seni yang disuguhkan musisi jalanan.
Ya, suasananya persis lirik lagu KLa Project, Jogjakarta…
Ramai kaki lima
Menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi
Satu hal yang berbeda adalah kami tidak ikut bersila di kaki lima, karena menurut pengalaman beberapa orang teman harga makanan di kaki lima Malioboro seringkali menjebak. Akhirnya demi mencari keamanan, jauh-jauh kami ke Jogjakarta, makannya di fast food juga hahaha.
Menyusuri jalan Malioboro, sampailah kami di Museum Benteng Vredeburg. Dulu sewaktu bersama teman kuliah, saya tidak sempat masuk ke museum ini karena baru sampai di Malioboro sore hari.
Penasaran juga, seperti apa sih Museum Benteng Vredeburg ini? Karena meski sudah berkali-kali ke Jogja, saya belum pernah masuk ke Museum ini.
Sebelum memasuki gerbang, ada halaman parkir yang harus dilewati terlebih dahulu. Selanjutnya ada jembatan yang melewati parit yang katanya sih dahulu dibuat sebagai benteng pertahanan terluar. Dahulu jembatan ini merupakan jembatan gantung yang bisa naik/turun. Namanya juga benteng, pintu gerbangnya biasanya dibuat sulit dijangkau oleh musuh. Namun karena perkembangan jaman, jembatan ini berubah menjadi sebentuk jembatan permanen seperti sekarang ini.
Aliran air di parit ini bersih, nampak beberapa ikan yang muncul ke permukaan. Malah ada juga yang sedang asyik konsentrasi memancing ikan di tepi parit.
Dari jembatan ini pula kita bisa melihat Monumen Serangan Oemoem 1 Maret 1949 yang berada di luar pagar Museum. Monumen ini juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Museum Benteng Vredeburg. Di hari-hari tertentu, Monumen ini juga sering dipakai untuk pertunjukan karya seni.
Memasuki gerbang Museum Benteng Vredeburg, ada tempat pembelian tiket. Jangan khawatir, yang namanya Museum, dimana-mana tiketnya murah. Cukup mengeluarkan uang Rp. 3.000,-/orang dewasa dan Rp. 2.000,-/ per orang untuk anak-anak, kita sudah bisa menjelajahi sejarah perjuangan pahlawan Indonesia di Museum Benteng Vredeburg.
Dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1765, benteng berbentuk segi empat ini menempati area seluas kurang-lebih 2,5 hektar. Terdapat bangunan yang merupakan ciri khas sebuah benteng berupa menara pengawas (bastion) di keempat sudutnya, Jayawisesa (sudut barat laut), Jayapurusa (sudut timur laut), Jayaprakosaningprang (sudut barat daya) dan Jayaprayitna (sudut tenggara).
Dalam kesehariannya Benteng Vredeburg kini berfungsi sebagai museum. Di dalamnya ada banyak benda-benda sejarah, lukisan, foto-foto dan diorama kisah Kemerdekaan Republik Indonesia yang terjadi khususnya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
O ya, Museum Benteng Vredeburg ini mudah diakses koq. Berada di titik 0 kilometer, di ujung Jalan Malioboro, terletak di depan Gedung Agung dan Kraton Kesultanan Yogyakarta.
O ya, sekalian jauh jalan-jalannya, saya juga menyempatkan diri janjian bertemu dengan dua blogger kembar idola, Sutopo dan Sutoro.
Alhamdulillah, meski gak lama tapi ini jadi kenang-kenangan baru. Kapan lagi kan bisa ketemuan blogger femes hehe
MUSEUM BENTENG VREDEBURG
Lokasi
Jl. Ahmad Yani No.6, Ngupasan, Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55122
Harga Tiket
- Dewasa : Rp. 3.000,-
- Anak-anak : Rp. 2.000,-
Jam Buka
- Selasa – Jumat : 08.00 – 16.00
- Sabtu – Minggu : 08.00 – 17.00
- Senin : TUTUP
One thought on “Jalan-jalan ke Museum Benteng Vredeburg”
Pingback: 5 Pilihan Hotel & Apartemen dengan Sky Pool di Semarang – Supriatna Family
Leave a Reply